((Part 2))

Semenjak hari itu, aku dan Adit menjadi teman akrab begitupun dengan Elsa. Ternyata Adit cukup baik. Ia memenuhi janjinya untuk menceritakan tentang hubungan John dengan wanita yang waktu itu bersaman John dikantin. Kata Adit, wanita itu adalah anak dari dosen John dikampus, Namanya Stela. Aku tidak mengerti mengapa seorang dosen besar yang kaya raya menamai anak gadisnya dengan nama pengharum ruangan. Kata Elsa sih,mungkin agar anak gadisnya tidak bau badan. Tapi aku sendiri mengartikannya mungkin agar ia kelak mengharumkan nama keluarga besarnya. Dugaanku lebih baik bukan daripada dugaan Elsa? Lalu katanya, John dan Stela akan mengerjakan sebuah proyek besar di perusahaan ayah Stela, alias dosennya John. Demi kelancaran proyeknya ini, John dan Stela yang ternyata satu angkatan akan mengambil jadwal kuliah lebih padat. Sehingga dapat lulus kuliah lebih cepat dengan target dapat lulus dalam waktu 3 tahun. Mereka yang memang satu Fakultas itu akan mengambil jadwal dikelas dan waktu yang sama. Jadi, tidak heran kalau mereka berdua sangat dekat. Dan katanya lagi, kalau proyeknya itu berhasil mereka berdua akan langsung menikah. Karena ayah Stela sangat setuju dengan hubungan spesial antara John dan Stela.
Saat mendengar apa yang diceritakan Adit, aku bingung dengan perasaanku sendiri. Aku merasa sangat senang,karena John akan menjadi orang yang sukses. Tapi disisi lain aku khawatir. Aku khawatir John akan melupakanku. Dan aku takut kehilangan John.
“Apa aku bilang, kamu masih mencintai John kan?”
Ah, aku lupa tentang kutukan Adit. Begitulah berteman dengan orang yang dapat membaca pikiran orang lain seperti Adit. Aku tidak boleh memikirkan apapun dihadapannya. Tapi aku benar-benar bingung. Apa benar aku masih mencintai John? Aku pikir aku hanya peduli saja. Karena bagaimanapun,John itu teman dekatku. Walaupun itu dulu. Semenjak John mendapat proyek ini,John terlihat sangat sibuk. Bahkan untuk sekedar menyapa saja sepertinya John tidak sempat.
                Waktu berjalan begitu singkat. Hari ini John akan wisuda. Targetnya terpenuhi,karena John wisuda satu tahun lebih cepat.
“kamu tidak ingin datang dan mengucapkan selamat pada John?”
Elsa menyipitkan matanya.
“Untuk apa?”
“Reina,katamu sendirikan John itu temanmu?”
Belum selesai Elsa menceramahiku tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahku. Tadi malam Elsa memang menginap dirumahku. Katanya ia sedang kesal pada ibunya karena tidak dibelikan alat pelangsing tubuh keluaran terbaru.
“Adit? Ada apa pagi-pagi ke rumahku? Apa mama mu tidak memberimu sarapan lagi?”
“enak saja kalau bicara. Ini bunga untukmu”
“bunga? Apa ini hari valentine?”
“ini hari wisuda John, apa kamu tidak ingin memberikannya bunga sebagai ucapan selamat?”
Tanpa menunggu persetujuanku,Adit dan Elsa mendorongku ke kamar mandi. Dan memaksaku menghadiri acara wisuda John. Sebenarnya aku tidak yakin. Semenjak aku memutuskan hubunganku denga John,aku tidak pernah mengobrol lagi dengannya. Bahkan saling sapa saja tidak. Sebenarnya aku tidak mengerti mengapa John begitu menghindariku. Padahal waktu itu, kita putus secara baik-baik. Dan aku pikir John tidak marah padaku. Akhirnya dengan langkah gontai aku berjalan menuju gedung tempat John dan Stela wisuda.
“Hai Elsa!”
“Hai John, happy graduation ya”
Deg! Aku kaget ketika John hanya menyapa Elsa. Sudah kuduga,datang ke acara wisuda John bukan ide yang bagus untukku. Adit menatapku, menyipitkan matanya dan memberi isyarat agar aku mengucapkan selamat pada John.
“John,happy graduation” akhirnya aku mengalahkan pendirianku. Walaupun terlihat sangat kaku,tapi aku mencoba tersenyum. Aku memberikan ucapan selamat dan memberikan seikat bunga mawar putih padanya.
“terimakasih Reina,tapi maaf. Aku sudah memiliki bunga mawar putih. Simpan saja bunga itu,atau berikan pada orang yang kamu sayangi”
John tersenyum sinis,lalu pergi begitu saja. Tak lama, terlihat Stela datang dan langsung memeluk John. Mereka terlihat begitu bahagia. Berbeda denganku,untuk pertama kalinya aku merasakan sesuatu yang sangat sakit dan mengiris hatiku. Mataku mulai berkaca-kaca. Tanpa pikir panjang,aku lari secepat yang aku bisa. Adit dan Elsa mencoba menenangkan ku. Usahaku untuk memperbaiki hubunganku dengan John terasa sia-sia. Aku tidak menyangka John sebenci itu padaku. padahal dulu aku dan John sangat dekat. Aku semakin benci dengan kata cinta dan pacaran. Kalau saja waktu itu John tidak menjadi pacarku,kalau saja 12 hari itu aku dan John tetap menjadi teman. Mungkin aku dan John akan baik-baik saja. Tapi percuma aku menyesali masa lalu.
Semenjak hari itu, aku tidak punya lagi semangat untuk kuliah. Terlalu sulit untuk tidak memikirkan kata-kata John. Sementara itu aku harus segera menyusun skripsiku. Namun, aku sama sekali tidak memikirkan hal itu. Aku terlalu sibuk memikirkan 12 hari yang telah menghancurkan hidupku. Aku tidak pernah berbicara sejak hari itu,bahkan pada Elsa dan Adit. Aku tidak memperhatikan Elsa ketia ia bercerita. Akupun tidak mendengarkan Adit saat ia menasehatiku.
“Reina,kamu tidak bisa seperti ini terus. Kita harus lulus tahun ini”
“kalau kau ingin lulus silahkan saja. Kenapa harus menungguku?”
“terserah kamu saja Rei,ternyata kamu sama dengan perempuan lain. Menyerah hanya karena cinta. Kamu menyerah saat John sudah sukses besar. Apa kamu tidak malu? Dan satu lagi,kamu tidak pernah menghargai orang yang menyayangimu. Orang yang dekat denganmu dan sangat peduli padamu. Mulai hari ini jangan mencariku lagi”
Sontak aku kaget dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Adit. Mengapa Adit marah padaku. tapi mendengar perkataan Adit itu aku mulai berpikir. John memang sudah sukses. Mengapa aku tidak mencari kesukseskan ku sendiri.
Aku mulai membenahi kembali hidupku. Tapi semenjak hari itu,aku tidak bersama Adit dan Elsa lagi. Entah mengapa mereka berdua menghindariku. Mungkin karena sikapku yang keterlaluan waktu itu.
                Besok adalah hari wisudaku. Aku tidak menyangka aku akan mengahadapi masa-masa sulit diakhir masa kuliahku. Dan itu semua hanya karena John. Tapi,Tuhan maha mendengar. Satu hari sebelum wisuda,Elsa dan Adit datang ke rumahku. Mereka memeluku dengan erat. Aku tahu,aku sangat menyayangi mereka. Mereka adalah keluarga. Keluarga yang selama empat tahun ini menemaniku.
”tidak usah berlebihan begitu Reina,dasar anak manja” Adit mengacak-acak rambutku.
“maksudmu?”
“kutukan itu” Adit mencubit pipiku.
Untuk pertama kalinya aku bahagia atas kutukan  Adit yang bisa membaca pikiran orang lain. Jadi,aku tidak usah panjang lebar bercerita tentang kesepianku saat mereka tidak ada,dan bahwa aku tidak ingin kehilangan mereka.
“kenapa kalian meninggalkan aku?” aku menatap mata Adit dan Elsa secara bergantian.
“aku dan Adit tidak pernah meninggalkan kamu Rei,aku dan Adit hanya ingin kamu belajar dari pengalaman kamu. Tidak semua masa lalu itu indah. Tapi masa depan harus lebih baik. Kita ingin kamu fokus dengan skripsi kamu”
Sekali lagi aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka.
Hari bahagiaku telah datang. Kedua orang tuaku sudah berada di Bandung dari tadi malam. Begitupun kedua orang tua Adit,yang datang jauh-jauh dari Solo. sedangkan Elsa memang berdomisili di Bandung bersama kedua orang tuanya.
Tepat pukul 07.00,kami bertiga sudah berada di gedung pertemuan,padahal acara dimulai pukul 08.00. kami sengaja datang lebih awal. Karena ingin berfoto sebelum acara dimulai.
Elsa terlihat sangat cantik dengan kebaya berwarna biru nya. Adit sangat gagah dengan kemeja dan jas nya. Dan aku,aku sangat senang dengan kebaya berwarna ungu ku yang dibelikan oleh mama ku.
“Happy graduation ya Reina”
Aku merasa ini seperti mimpi. Aku tidak menyangka John akan datang dan mengucapkan selamat padaku.
“Eh,John. Terimakasih ya” aku tidak mampu menyembunyikan kecanggunganku saat mengobrol dengan John.
“oh iya,ini bunga mawar putih untukmu”
Aku semakin bingung. Satu tahun yang lalu John sudah menolak bunga dariku. Tapi hari ini,John melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan. Sementara  Elsa yang sedari tadi berdiri disampingku,tiba-tiba mencubitku. Mengisyaratkan agar aku menerima bunga dari John.
“kalau tidak keberatan, nanti malam aku ingin mengajakmu makan malam”
“aku tidak keberatan, tapi sepertinya Stela akan keberatan”
“maksudku aku ingin mengajakmu makan malam bersama Stela. Aku pun mengajak Adit dan Elsa”
Cobaan apalagi ini. apa maksud John mengajakku makan malam bersama Stela. Tiba-tiba aku ingat pembicaraanku dengan Adit empat tahun lalu. bahwa John akan menikah dengan Stela setelah projek yang mereka kerjakan berhasil. Ah sudahlah,aku tidak ingin menebak lagi.
Mataku berkaca-kaca saat namaku dipanggil, aku melangkah dengan penuh kebahagiaan. Akhirnya aku lulus sebagai sarjana pendidikan. Setelah ini,aku berencana akan membangun sebuah tempat les musik di Bandung. Dan akan melanjutkan hobiku dibidang seni dengan membuat sebuah grup musik bersama beberapa temanku dari fakultas seni di Universitas lain.
“John mengajakku dan Elsa makan malam bersama. Katanya kamu juga diundang”
“iya,John sudah mengajakku lagsung tadi”
“bagaimana kamu bisa mengenal John”
“sebentar lagi kamu akan tahu Rei. Siapkan mentalmu ya” Adit menyipikan matanya dan tersenyum licik. Sama seperti senyumnya saat pertama kali ia menyapaku.
Aku curiga ada sesuatu yang tak beres antara Adit dan John.
Elsa menjemputku tepat pukul 07.00 malam. Aku menceritakan keanehan Adit tadi siang, namun mendengar hal itu Elsa hanya tertawa.
Sesampainya di restaurant,ternyata Adit,John dan Stela sudah sampai disana. Suasana terasa kaku,walaupun Stela terlihat lebih ramah padaku mala mini.
“jadi Rei,sebenarnya aku dan Adit sudah lama kenal”
Kalimat pertama yang diucapkan John saat aku duduk. Lalu berceritalah John panjang lebar.
Sebenarnya aku ingin pingsan saat mendengar penjelasan John.
“jadi,kau memaafkan ku kan Rei?” John menggenggam tanganku. Raut wajah John terlihat sangat khawatir. Sebenarnya aku tidak ingin memaafkan John atas semua perlakuannya ini. tapi aku terlalu bahagia saat mengetahui yang sebenarnya.
“membohongi perasaanmu sendiri itu sangat sulit Reina”
Sial,aku lupa masih ada Adit didepanku.
“Reina,kau masih percaya bahwa Adit bisa membaca pikiran orang?” Stela bertanya sambil menahan tawa.
“memang kenapa?” aku balik bertanya dan mulai kebingungan.
Lalu pecahlah tawa John,Adit,Stela dan Elsa.
“Adit bukan bisa membaca pikiran orang,Reina. Kamu saja yang terlalu mudah ditebak perasaannya. hahaha”
Waw. Rasanya kali ini aku benar-benar ingin melempar wajah Adit dengan kursi besi yang sedang didudukinya. Tapi sekali lagi,aku terlalu bahagia saat ini.
Aku tidak pernah menyangka bahwa sebenarnya Adit adalah teman dekat John. Dan John lah yang meminta agarAdit menemaniku selama John disibukan dengan project besarnya itu. dan Stela yang ternyata tidak seangkuh yang kukira adalah pacar Adit. Pantas saja ia terlihat sinis setiap kali aku bersama Adit. Dan yang paling kubenci adalah bahwa ternyata Adit sebenarnya tidak bisa membaca pikiran orang lain. Ia diberitahu oleh John semua sifatku. Sehingga sangat mudah bagi Adit untuk menebak keadaan dan perasaanku.
“Jadi kamu masih menganggap bahwa aku tidak marah saat tiba-tiba kamu memutuskan hubungan kita?” john mulai menggodaku.
“sepertinya kau harus belajar padaku rei agar menjadi pacar yang baik” Elsa pun ikut menggodaku.
Aku hanya tertawa, menertawakan diriku sendiri. Sekarang aku sudah tahu bagaimana caranya menjadi pacar yang baik. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin mengatakan
“aku masih menyayangimu John”

Komentar